Congratulations on the success of PERSEBAYA CHAMPION LIGA 2 Year 2017. We are proud of you. Keep giving the best for Surabaya and Indonesia. Happy birthday (reduced life of the success as a real human being), the success of a new life, Sincere fasting and sacrifice perform multiply Best of Nobles "1" dignified iffah absoluted GOD and celebrate the New Year. Enjoy the delights "BACK'PO" 's KAMI. Forgive Big / Extended Family's Bodies and Soul. Selamat ulang tahun (berkurangnya umur kesuksesan menjadi manusia sejati), sukses menempuh hidup baru, ikhlas menunaikan ibadah puasa dan memperbanyak berkurban dalam KEYAKINAN MURNI MULIA AULIA BERMARTABAT IFFAH SEJATI ZAT 1 MAHA (Z1M) serta merayakan Tahun Baru. Menikmati kelezatan "BACK'PO" KAMI. Mohon Maaf Lahir dan Batin. It is the leading service company's business around the family and the international organizations which are open, please do not send spam, obscenities, pornography, satire, which dropped a goal bad, and politicization. Ini merupakan layanan unggulan seputar bisnis perusahaan keluarga dan organisasi international yang bersifat terbuka, mohon tidak mengirimkan spam, kata - kata kotor, pornografi, sindiran yang menjatuhkan, tujuan buruk, dan upaya politisasi. All the times. Sepanjang masa. Thanks You Guest Bye Bye Nice to meet you. Good Luck (by : Commisaries)

0000122 / NRiPSMGiC / POPIDEF / PA / P3IDE / II / 2017


Terdapat beberapa macam wadah yang dapat digunakan dalam pengalengan pangan yaitu kaleng, gelas, aluminium, dan karton.

Wadah Kaleng
Keuntungan utama penggunaan kaleng sebagai wadah adalah :
1. Wadah kaleng yang tertutup secara hermetis dapat menjaga bahan pangan di dalamnya dari kontaminasi oleh mikroba, serangga, dan bahan asing lain, yang mungkin dapat menyebabkan kebusukan atau penyimpangan penampakan dan citarasanya,
2. Kaleng dapat juga menjaga bahan pangan dari perubahan kadar air yang tidak diinginkan,
3. Kaleng dapat juga menjaga bahan pangan terhadap penyerapan gas oksigen dan gas - gas lainnya atau bau - bauan serta dari partikel radioaktif yang terdapat di atmosfir, dan
4. Untuk beberapa jenis bahan pangan berwarna yang peka terhadap reaksi fotokimia, kaleng dapat menjaga bahan pangan tersebut terhadap cahaya.

Dari sudut perdagangan, keuntungan - keuntungan lainnya adalah :
1. Kaleng dapat ditangani (handling), diisi, ditutup dan dipak secara mekanis dengan kecepatan tinggi,
2. Kaleng dapat diperagakan secara menarik dan menguntungkan oleh pihak penjual, dan
3. Kaleng dapat disimpan dan digunakan dengan mudah oleh konsumen

1. Pelat kaleng (Tin Plate) dan Wadah Kaleng (Tin Can)
Pelat kaleng merupakan bahan baku yang ideal untuk digunakan sebagai wadah makanan. Kaleng dibuat dari pelat baja tipis yang mengandung lapisan timah yang sangat tipis. Kaleng yang sekarang banyak digunakan untuk pengalengan pangan hanya mengandung kurang dari 0,25% timah,
Meskipun timah tidak 100% "inert" (tidak bereaksi) terhadap bahan pangan, kemungkinan korosi wadah dan perubahan yang terjadi pada bahan pangan yang dikalengkan sangat kecil sekali, apabila dipilih kombinasi yang sesuai dari bahan yang digunakan. Diantara faktor yang harus diperhatikan oleh pihak pembuat wadah kaleng adalah :

1. Komposisi kimia dan sifat fisik pelat kaleng,
2. Ketebalan lapisan timah,
3. Penggunaan lapisan pelindung atau enamel,
4. Konstruksi wadah, dan
5. Korosifitas relatif bahan pangan yang akan dikalengkan.

Dalam makanan kaleng yang tertutup secara hermetis, korosi wadah merupakan suatu proses yang terjadi secara bertahap. Timah, apabila kontak dengan bahan pangan akan bereaksi, untuk melindungi setiap bagian kecil lapisan baja dan campuran besi - timah yang terbuka. Lapisan timah tersebut secara perlahan - lahan akan berkurang dan lapisan baja serta campuran besi - timah yang terbuka akan semakin lebar. Suatu saat akhirnya akan ditemukan bahwa lapisan baja yang tadinya terlindungi secara baik akan "diserang" secara cepat oleh bahan pangan. Dalam proses ini gas hidrogen dibentuk, sehingga hasil akhir adalah berupa produksi gas dalam jumlah yang cukup untuk menggembungkan kaleng.

Secara normal, penggembungan kaleng oleh gas hidrogen tersebut tidak akan terjadi sampai hampir semua produksi makanan kaleng yang tersedia habis dikonsumsi. Tetapi bila baja yang digunakan bermutu rendah dan komposisi kimianya tidak sesuai, maka umur simpan makanan kaleng akan lebih pendek.

Baja yang digunakan untuk membuat kaleng makanan mengandung kadar karbon yang rendah. Penelitin telah membuktikan bahwa komposisi baja merupakan faktor penting untuk memperoleh umur pakai kaleng yang memadai bahi bahan pangan yang korosif. Kadar fosfor (P) dan silika (Si) sangat menentukan, tetapi kadar mineral lain seperti tembaga (Cu), nikel (Ni) dan molibdenum (Mo), dapat juga mempengaruhi daya tahan kaleng terhadap korosi.

Industri pembuat wadah kaleng telah membuat suatu spesifikasi kimia baja yang akan digunakan sebagai pelat dasar dalam pembuatan kaleng makanan seperti tertera pada sesi ini. Spesifikasi ini menunjukkan empat jenis baja untuk bahan pangan yang berbeda, sedangkan baja jenis kelima hanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan kaleng untuk tutup bir.

Pelat baja jenis L khusus dibuat mengandung kadar fosfor dan mineral lain yang rendah, sehingga harganya relatif lebih mahal.Pelat baja jenis ini khususnya digunakan untuk membuat kaleng bagi bahan pangan yang sangat korosif. Misalnya buah cherry, buah prem kering dalam sirup, buah prambus dan arbei serta asinan (pickle).

Pelat baja jenis MS hampir sama dengan jenis L, tetapi mengandung kadar tembaga yang lebih tinggi. Pelat baja jenis ini digunakan dalam pembuatan kaleng untuk asinan kubis (sauerkraut). Pelat baja jenis MR khususnya digunakan dalam pembuatan kaleng untuk buah - buahan yang agak asam seperti jeruk dan sari buahnya, buah persik, buah pear, dan nenas. Pelat baja jenis ini mengandung kadar fosfor yang lebih tinggi daripada jenis L, tetapi kadar mineral lainnya tidak dibatasi secara khusus.

Untuk bahan pangan yang kadar asamnya sangat rendah seperti daging, ikan dan sayur - sayuran, dapat digunakan semua jenis pelat baja. Pemilihan jenis pelat baja dalam pembuatan kaleng untuk golongan bahan pangan ini lebih sering ditentukan oleh pertimbangan ekonomis, tetapi yang umum digunakan adalah jenis MR dan MC. Beberapa jenis bahan pangan yang digolongkan berdasarkan korosifitasnya dan jenis pelat baja yang digunakan dalam pembuatan kalengnya dapat diketahui melalui sesi ini.

2. Faktor Kekuatan
Industri pembuat wadah kaleng harus juga mempertimbangkan kekuatan kaleng. Ketebalan pelat kaleng adalah salah satu faktor yang harus diperhatikan. Spesifikasi pelat kaleng umumnya dinyatakan dalam istilah "base box", yang merupakan suatu ukuran industri. Pada umumnya pelat - pelat kaleng hanya dijual dalam ukuran 14 x 20 inci dan dibundel sebanyak 112 lembar dalam satu pak. Jumlah luas pelat - pelat kaleng dalam satu pak tersebut adalah 31.360 inci persegi, yang kemudian dihitung sebagai satu "base box". Berat satu "base box" kaleng bervariasi menurut tebalnya kaleng.

Pelat kaleng dengan sifat fisik yang berbeda diperlukan untuk mengalengkan bahan pangan yang berbeda. Sebagai contoh, sari buah diisikan ke dalam kaleng pada suhu mendekati titik didih air,kemudian didinginkan. Tekanan absolut di dalam kaleng lebih rendah dari tekanan di luar (atmosfir), sehingga menyebabkan kaleng menerima yang kuat. Bagi bahan pangan yang disterilisasi, misalnya ikan, tekanan sebesar 20 - 35 psi akan terjadi di dalam kaleng selama proses pemanasan dan pendinginan. Tutup kaleng bir menderita tekanan yang jauh lebih besar, yaitu sebesar 85 psi selama proses pasteurisasi sehingga untuk mengalengkan bahan - bahan pangan tersebut diperlukan kaleng yang keras dan kuat. Misalnya untuk membuat wadah kaleng ikan yang berbentuk oval, diperlukan kaleng yang lentur dan mudah dibengkokkan.

Dengan mengkonversikan sifat - sifat ketahanan kaleng yang diperlukan menjadi sifat - sifat mekanis, industri pembuat kaleng telah membuat suatu klasifikasi kaleng berdasarkan kekuatannya. Penggolongan ini membedakan kaleng dari yang paling lentur (T - 1) sampai paling kuat (T - 5). Pelat kaleng T - 1 dan T - 2 digunakan untuk membuat bagian wadah kaleng yang dibengkokkan, misalnya badan kaleng ikan dan penutup kaleng. Pelat kaleng T - 3 dan T - 4 adalah yang umum digunakan untuk membuat wadah kaleng bagi bahan pangan yang harus disterilisasi. Pelat kaleng T - 5 digunakan untuk membuat wadah kaleng yang tahan terhadap tekanan, misalnya untuk membuat tutup kaleng bagi bahan pangan seperti kacang polong, jagung dan bayam, atau untuk membuat bagian bahan kaleng yang akan ditutup secara vakum. Pelat kaleng T - 6 hanya digunakan untuk membuat tutup kaleng bir.

3. Pelapisan Timah
Ketebalan,keseragaman dan cara pelapisan timah yang dilakukan akan mempengaruhi ketahanan perlubangan dan korosi. Sebelum perang dunia kedua praktis semua pelat kaleng dibuat dengan cara mencelupkan pelat baja hitam ke dalam timah putih cair. Sekarang, kurang dari 6% kaleng dibuat dengan cara tersebut. Pelapisan timah secara elektrolisis merupakan cara pelapisan timah yang lebih baik dan lebih ekonomis, sehingga diperoleh kaleng dengan kadar timah putih (Sn) tidak lebih dari 1 - 1,25%.

Kaleng yang akan digunakan untuk pembuatan wadah makanan diedakan menurut kelas tertentu berdasarkan komposisi lapisannya, cara melapisinya dan faktor lain, yang kesemuanya akan mempengaruhi daya tahan kaleng tersebut terhadap bahan pangan tertentu. Pembagian jenis kaleng menurut jumlah timah dan cara pelapisannya dapat ditanyakan pada sesi ini.

4. Lapisan Enamel
Enamel kaleng adalah bahan organik yang dilapiskan pada kaleng untuk mempertahankan daya tarik makanan yang dikalengkan (tidak berubah warnanya), memperbaiki penampakan bagian luar dan dalam wadah kaleng dan memperpanjang umur pakai wadah kaleng. Dalam beberapa hal, pelapisan enamel tersebut berguna juga secara ekonomis, karena dengan cara ini dapat digunakan kaleng dengan lapisan timah yang lebih tipis, yang tentunya lebih murah harganya. Pelapisan enamel pada kaleng biasanya dilakukan dengan menggunakan "roller" dan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu di bawah titik cair timah.

Sampai perang dunia kedua, hampir semua enamel kaleng berupa vernis yang dibuat dari minyak kayu dan resin alami. Selama perang dunia kedua ahli - ahli kimia mulai membuat enamel kaleng dari minyak pengering dan resin sintetik. Sekarang hampir semua enamel kaleng dibuat dari bahan - bahan sintetik, sehingga mempunyai penampakan yang lebih baik. Pemilihan enamel yang cocok merupakan faktor yang sangat penting diperhatikan untuk pengalengan bahan pangan yang berbeda.

Enamel yang digunakan untuk kaleng makanan harus memenuhi syarat - syarat sebagai berikut :
1. Tidak memberikan atau mengubah bau dan citarasa makanan,
2. Diperbolehkan kontak dengan makanan sesuai dengan peraturan yang berlaku,
3. Dapat menjaga kaleng dan bahan pangan di dalamnya selama jangka waktu yang diinginkan,
4. Tidak mengelupas selama pembuatan wadah kaleng dan selama penyimpanan,
5. Murah harganya dan mudah digunakan, dan
6. Harus tahan pada suhu tinggi, misalnya pada waktu proses sterilisasi makanan kaleng.

lapisan enamel tidak hanya berfungsi untuk melindungi kaleng dari korosi, tetapi juga melindungi kontak antara bahan pangan dengan metal yang dapat menghasilkan warna dan citarasa yang tidak diinginkan. Sebagai contoh, warna hitam yang disebabkan oleh reaksi antara besi atau timah dari kaleng dengan senyawa sulfida yang terkandung dalam bahan pangan berasam rendah, atau pemucatan pigmen sayur - sayuran atau buah - buahan, misalnya bir atau anggur karena bereaksi dengan baja, timah atau aluminium.

Bahan sintetik yang biasa digunakan sebagai enamel kaleng adalah oleoresin, fenol, polibutadiena, epon, vinil dan lilin (wax), tetapi yang paling banyak digunakan adalah oleoresin. Fenol kurang permeabel dibandingkan dengan oleoresin, tetapi enamel ini tidak akan menjadi lunak oleh adanya lemak hewan, oleh karena itu fenol biasa digunakan sebagai enamel kaleng untuk daging atau ikan (misalnya kornet dan sardin). Vinil bersifat liat serta elastis dan terutama digunakan sebagai pelapis pada pengalengan bir, karena bir tidak boleh bereaksi dengan metal walaupun dalam jumlah sedikit. Lilin biasanya digunakan untuk melapisi aluminium, misalnya untuk wadah minuman penyegar (soft drink).

Pada beberapa macam bahan pangan yang mengandung banyak protein seperti jagung, kacang polong, daging, ikan dan lain - lain, selama pengolahannya dapat terjadi pemecahan molekul protein menghasilkan senyawa belerang (sulfida), yang kemudian dapat bereaksi dengan besi membentuk besi - sulfida (FeS) yang berwarna hitam atau sering disebut sebagai corn black. Untuk mencegah terjadinya reaksi ini, digunakan enamel C yang merupakan campuran dari oleoresin dengan seng oksida (ZnO) yang akan bereaksi dengan sulfida yang menembus enamel membentuk seng - sulfida (FeS) yang berwarna putih. Fenol tidak memerlukan campuran ZnO karena enamel ini tidak mudah ditembus oleh senyawa belerang.

Kadang bagian luar wadah kaleng juga dilapisi dengan enamel, yaitu selain untuk mencegah korosi wadah juga berguna untuk hiasan penambah daya tarik bagi pembeli. Untuk enamel bagian luar ini biasanya digunakan resin buatan (sintetik) karena selain tahan terhadap suhu tinggi, juga tahan terhadap lemak. Tetapi pemberian enamel pada bagian luar kaleng dengan tujuan hanya untuk hiasan atau mewarnai bagian luar wadah kaleng jarang dilakukan karena hanya akan menambah biaya produksi. Pada bagian sambungan badan kaleng biasanya dilapiskan enamel yang cepart kering, yang disemprotkan pada bagian luar dan dalam wadah setelah pembentukan badan kaleng.

3. Peranan Kaleng
Secara umum, terdapat 3 syarat penting suatu proses pengalengan daging dinyatakan sukses. Pertama adalah bahwa kaleng harus tertutup secara hermetis atau kedap. Syarat ini bisa dipenuhi jika pengisian bahan ke dalam kaleng dilakukan dengan prosedur yang benar, serta penutupan kaleng dilakukan dengan benar pula. Kedua, perlakuan pemanasan diberikan secara cukup, atau dengan kata lain pemanasan telah diberikan untuk memastikan bahwa sterilisasi komersial telah tercapai. Syarat ketiga adalah bahwa penanganan kaleng dilakukan dengan benar, baik itu untuk kaleng kosong sebelum pengisian dan sebelum pemanasan, kaleng isi selama proses pemanasan, dan kaleng steril setelah pemanasan.
Prosedur penanganan kaleng terutama didesain untuk memastikan bahwa integritas sambungan dan penutupan tetap terjaga dengan baik, sehingga rekontaminasi bakteri setelah sterilisasi tidak terjadi. Dalam hal ini,integritas sambungan dan penutupan adalah faktor penting untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan mempunyai tingkat mutu dan keamanan yang terjamin. Pemenuhan ketiga syarat tersebut sangat ditentukan oleh kualitas kaleng, terutama yang berkenaan dengan kualitas dimensi dan ukuran kaleng, kualitas lembar pelat kaleng, sambungan - sambungan kaleng, serta kualitas. Karena itu, disamping pemilihan dan pemeliharaan mesin penutup kaleng, pemilihan kaleng itu sendiri merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan oleh industri pengalengan daging.

Wadah Gelas
1. Sejarah Kemasan Gelas
Gelas merupakan salah satu bahan kemasan tertua dan terpopuler sejak jaman dahulu sampai dengan saat ini. Penggunaan bahan ini telah dimulai sejak 3.000 Sebelum Masehi oleh bangsa Mesir kuno. Penemuan gelas sebagai bahan kemasan terjadi secara tidak sengaja dan tidak melalui proses penelitian di laboratorium yang memerlukan waktu lama. Pada abad permulaan, para pelaut dari Vanesia menggunakan balok - balok soda untuk membuat tungku perapian di atas pasir di tepi pantai. Saat itulah diketahui bahwa komposisi soda dan pasir dapat melebur dan membentuk gelas. Secara fisik, gelas merupakan suatu bentuk cairan dengan tingkat viskositas tinggi yang kemudian mengalami pendinginan. Secara kimia, gelas merupakan suatu campuran oksida anorganik dari berbagai jenis komposisi bahan, dengan komposisi terbesar soda - kapur - silica.

2. Proses Pembuatan Kemasan Gelas
Komposisi bahan pembuat gelas umumnya terdiri dari 70 - 75%. Natrium dan Kalsium Silikat, 6 - 12% Kalsium dan Magnesium Oksida, dan sejumlah kecil oksida - oksida dari Aluminium, Barium dan logam lain.

Untuk membuat wadah / kemasan gelas, bahan - bahan pembuat gelas, seperti Natrium dan Kalsium Silikat, kalsium dan magnesium Oksida, Oksida Aluminium, Barium dan logam lainnya dicampur dengan hancuran gelas (cullet) dari wadah / kemasan botol yang sudah pecah atau rusak. Campuran tersebut kemudian dihancurkan dalam tungku pembakaran pada suhu 2.700 derajat Celsius.

Pembuatan kemasan gelas dalam bentuk botol dilakukan melalui dua tahap. Pada tahap pertama gelas cair dengan jumlah tertentu dimasukkan ke dalam suatu cetakan (moulding) dengan ukuran yang lebih kecil daripada ukuran botol akhir. Kemudian dengan tekanan gas atau udara yang dikompresikan, gelas ditekan pada dinding cetakan. Pada tahap kedua, botol yang telah dibentuk sebagian dipindahkan ke cetakan kedua, di mana botol tersebut dikompresikan lagi oleh udara atau gas hingga menjadi bentuk akhir. Selanjutnya, mulut wadah / kemasan dihaluskan dengan api dan botol - botol dibiarkan mengeras secara perlahan pada suhu tinggi. Setelah itu, wadah / kemasan yang sudah jadi tersebut diperiksa kembali. Bila tersedia perlengkapan modern, dapat dilakukan uji mekanis. Sedangkan wadah / kemasan yang rusak atau cacat dihancurkan dan digunakan kembali untuk campuran pembuatan botol berikutnya. Demikian seterusnya.

3. Keunggulan dan Kelemahan Kemasan Gelas
Sebagai bahan kemasan, gelas memiliki sifat - sifat yang menguntungkan seperti inert (tidak bereaksi), kuat, tahan terhadap kerusakan, tidak berbau dan bersih, dapat dilakukan pengisian vakum, umur simpan lebih lama, mudah dibuka dan ditutup kembali, dan dapat dibuat macam - macam bentuk, ukuran dan warna, serta sangat baik sebagai barrier terhadap benda padat, cair dan gas. Di samping itu, sifat gelas yang transparan menguntungkan dari segi promosi, dan ada beberapa jenis gelas seperti "pyrex" yang tahan terhadap suhu yang sangat tinggi.

Sedangkan kelemahan dari wadah / kemasan gelas adalah mudah pecah dan kurang baik untuk mengemas produk - produk yang sangat peka terhadap paparan sinar ultra violet. Makanan yang dikemas dengan gelas dapat dirusak oleh sinar. Sinar yang menembus dan masuk ke dalam gelas dapat melunturkan warna produk di dalamnya, sehingga mengakibatkan kerusakan citarasa, serta turunnya kandungan gizi zat akibat reaksi yang terkatalis oleh sinar.

Meskipun kemasan gelas bersifat inert, namun tidak demikian halnya dengan tutup botol yang sering mendatangkan banyak masalah.Oleh karena itu tutup botol harus sedemikian rupa agar mampu menutup botol dengan rapat dan mencegah produk tumpah keluar.

Teknologi modern yang terus berkembang memungkinkan pembuatan kemasan gelas yang mampu bersaing dalam hal kekuatan dan fungsinya dengan bahan kemasan lain. Akan tetapi, masalah botol pecah merupakan masalah yang perlu dicermati oleh kalangan industri kemasan.

Penyebab Pecahnya Botol
Pecahnya botol dapat diakibatkan oleh 3 (tiga) faktor, yaitu :
a. Benturan,
b. Tekanan dalam,
c. Thermal shock.

Pecahnya botol akibat ketiga faktor ini hanya dapat diketahui penyebabnya dengan memeriksa bentuk dan jenis pecahan botol. Karena alasan tersebut penting sekali mengetahui apakah pecahnya botol disebabkan oleh rendahnya mutu gelas atau penggunaan gelas yang salah. Botol yang pecah biasanya memiliki pola pecahan yang jelas.Letak pecahnya gelas terjadi kira - kira di bagian tengah.

a. Pecah akibat benturan
Botol gelas dapat pecah karena benturan keras secara aktif atau benturan - benturan kecil yang berkesinambungan. Pecahan - pecahan kecil mungkin terbentuk disertai dengan percabangan. Adanya kerusakan di permukaan luar atau permukaan dalam, cacat pabrik, kesulitan penekanan (annealing), dan ketebalan gelas dapat mempengaruhi daya tahan botol terhadap benturan. Gelas yang tebal sangat rawan terhadap pecah akibat benturan karena dindingnya kaku, sedangkan dinding botol yang tipis lebih tahan terhadap benturan.

b. Pecah akibat tekanan dalam
Secara normal, kemasan botol memiliki keseimbangan dalam tekanan kompresi dan tegangan (tension). Secara umum botol mendapat tekanan kompresi dari permukaan luar botol dan tegangan (tension) dari permukaan dalam.

c. Pecah akibat thermal shock
Pecahnya botol akibat thermal shock terjadi bila salah satu permukaan gelas mendapat suhu tertentu sedang bagian lain terekspos oleh tekanan mekanis dan tegangan (strain). Perbedaan suhu mengakibatkan perbedaan pengembangan dan tegangan internal pada dinding botol. Adanya tekanan (stress) ini menyebabkan botol menjadi rusak.

4. Penggolongan Wadah Gelas untuk Bahan Pangan
Gelas yang biasa digunakan untuk wadah bahan pangan digolongkan dalam 2 (dua) macam, yaitu :
a. Gelas bermulut lebar (Wide Mouth)
Wadah gelas seperti ini dibagian atasnya lebar, sehingga disebut gelas bermulut lebar (wide mouth), agar mudah dimasukkan sendok pada saat mengambil untuk disuap atau dioleskan.Gelas yang berbentuk seperti ini biasa digunakan untuk makanan bayi, dessert, susu bubuk,madu, jam, jelly, mayonnaise, dan lain - lain.
b. Gelas berleher sempit (Narrow Neck)
Wadah gelas seperti ini lebih mirip dengan bentuk botol, karena bagian atasnya (disebut juga dengan bagian lehernya) yang menyempit, sehingga disebut dengan narrow neck. Wadah gelas dengan bentuk botol seperti ini biasa digunakan untuk bahan pangan yang lebih cair, seperti kecap, extract, sari buah, sirup, bumbu cair, saus, cuka, dan lain - lain.

5. Komposisi dan Pembuatan
Bahan - bahan atau material untuk membuat wadah gelas tersusun atas sejumlah padatanm amorf yang terdiri dari larutan silica oksida, kalsium, natrium, dan elemen - elemen lain.

Bahan mentah untuk pembuatan wadah gelas antara lain sejumlah pasir, soda abu dan batu kapur yang apabila sudah dicampur berupa adonan, harus dipanaskan pada suhu 2.600 derajat Fahrenheit untuk bisa melebur mencapai kekentalan yang maksimum dan tahan pecah pada waktu pendinginan.

6. Desain Wadah dan Spesifikasi
Khusus wadah gelas yang akan digunakan untuk wadah pada pengawetan dengan suhu tinggi (pengalengan) harus dirancang sedemikian rupa agar bisa memenuhi persyaratan hermetic, yaitu antara lain harus tahan panas, karena dalam penggunaannya akan mengalami proses sterilisasi bersama dengan bahan pangan yang ada didalmnya. Selain itu juga harus tahan tekanan, terutama untuk minuman yang mengandung CO2.

7. Bagian Wadah Gelas untuk Makanan
Glass Container and manufacturing Inc (GCMI) menentukan standar penamaan bagian wadah gelas yang baku untuk makanan, baik yang berbentuk mulut lebar ataupun bentuk leher sempit.

8. Bentuk Wadag Gelas
Bentuk wadah gelas pada umumnya dibagi menjadi berbagai jenis, antara lain botol, jar, tumbler, jugs, carboys, vial dan ampul.

a. Botol
Bentuk wadah gelas seperti ini memiliki ciri khas leher yang tinggi dan mulut yang sempit. Wadah gelas dengan bentuk botol ini biasanya digunakan untuk mengemas produk cairan atau larutan yang mengandung butiran padat, misalnya : sirup, air mineral, minuman berkarbonasi, minuman beralkohol, minuman berenergi, kecap, saus tomat, sari buah yang masih berupa essens dan madu.

b. Jars
Jars memiliki bentuk leher yang pendek dan mulut lebar. Wadah gelas ini pada umumnya digunakan untuk mengemas produk cair, padat, dan semi padat, misalnya : jam, pasta, acar, kopi bubuk, susu bubuk, madu, mayonnaise dan jelly.

c. Tumblers
Wadah gelas ini tidak memiliki leher dan finish. Biasa digunakan untuk mengemas produk seperti : jam, jelly, pangan yang dioleskan / spreads (keju, mayonnaise). Selain itu dapat digunakan juga untuk mengemas produk padat seperti kopi bubuk.

d. Jug
Wadah gelas ini memiliki bentuk leher yang pendek dan juga memiliki pegangan. Produk pangan yang menggunakan wadah jenis ini pada umumnya seperti sari buah cair atau sari buah yang dikeringkan berupa bubuk, sirup gula, minyak zaitun, salad dressing, vinegar, dan lain - lain.

e. Carboy
Wadah gelas ini seperti botol, berleher pendek dan berpegangan kayu atau menggunakan tas khusus. Biasanya digunakan untuk mengemas juice, beer dan wine.

f. Vial
Wadah ini memiliki ukuran yang kecil dan biasa digunakan untuk obat, bumbu, zat kimia dan lain - lain.

8. Tutup Wadah Gelas
Tutup wadah gelas pada umumnya dibagi menjadi 3 (tiga) macam, diantaranya :

a. Tutup Normal
Penutup normal ini memiliki ciri pada tekanan di luar dan di dalam botol / gelas sama besarnya. Contohnya seperti tutup berulir dan tutup sumbat.

* Tipe tutup berulir (screw - on cap closures)
Tipe penutup ini memiliki ulir yang berfungsi untuk mengunci tutup dengan ulir finish, bahan penutup bagian luar terbuat dari logam / plastik dan bagian dalam bahannya dari gabus, karet atau plastik. Tipe tutup berulir ini biasanya digunakan untuk produk seperti jam, jelly, mayonnaise, dan lain - lain.

* Tipe tutup sumbat (press - on closures)
Biasanya tipe penutup seperti ini digunakan untuk kemasan yang berbentuk tumbler atau kemasan yang memiliki finish yang licin dimana bahan penutupnya terbuat dari gabus atau plastik. Cara menggunakan penutup sumbat ini yaitu dengan menekan tutup atau manarik ke atas ketika ingin membukanya.

b. Tutup Tekanan
penutup ini biasanya digunakan untuk produk yang mengandung CO2, karena sifatnya yang dapat mempertahankan isi produk yang mengandung CO2. Penutup ini berbentuk bulat, tipis dan memiliki jeruji seperti mahkota yang terbuat dari tinplate, perapat plastik, kertas, gabus dan karet. Cara membukanya dengan menggunakan alat pembuka botol serta penutup ini hanya dapat dipakai sekali, contohnya tipe tutup mahkota (crimp - on closures) untuk Fanta / Coca Cola / Sprite.

c. Tutup Vakum
Penutup seperti ini merupakan modifikasi dari tutup berulir, tinplate dan memiliki ciri dimana kondisi dalam wadah gelas / botol vakum dan kedap udara. Penutup ini terbuat dari aluminium lunak yang biasa digunakan untuk menutup kemasan gelas seperti jar.

10. Pengukuran atau Pengujian Pengemas Gelas
pengukuran atau pengujian pengemas gelas dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu :

a. Dimensi kemasan
Pengukuran dimensi kemasan ini meliputi tinggi, diameter,ketebalan, dinding, finish serta volume gelas.

b. Sifat kritis kemasan
Pengujian sifat kritis kemasan gelas bisa dilakukan dengan cara :
* Dicelupkan dalam air panas untuk menguji ketahanan wadah gelas terhadap perubahan suhu,
* Menggunakan air / udara bertekanan untuk menguji ketahanan terhadap tekanan

11. Metode Pengemasan Wadah Gelas dengan Pembotolan
Pada umumnya metode pengemasan wadah gelas dengan pembotolan ada 3 (tiga) metode, yaitu :

a. Cold pack method (metode pengemasan dingin)
Pada saat pengemasan,bahan (produk) dan gelas / botol dalam keadaan dingin, lalu setelah sterilisasi tutup gelas dirapatkan, contohnya pada pembotolan saus tomat.

b. Hot pack method (metode pengemasan panas)
Pada saat pengemasan menggunakan metode ini, bahan atau produk dalam keadaan panas sehingga mempersingkat waktu sterilisasi.

c. Open kettle method (metode wajan terbuka)
Proses pengemasan dengan menggunakan metode ini yaitu bahan dalam keadaan panas dan wadah harus steril, lalu setelah itu masukkan bahan (produk) dalam wadah dan segera ditutup rapat.